a.vipermenu, a.vipermenu:link, a.vipermenu:visited {display:block; width:230px; height:25px; background:#444444; border:1px solid #222; margin-top:5px; text-align:center; text-decoration:none; font-family:arial; font-size:16px; font-weight:normal;color:#FFFFFF; line-height:20px; overflow:hidden; float:left;} a.vipermenu:hover {color:#FFFFFF; background:#666666;} #vipergoymenu {width:auto; margin:0 auto;}

Rabu, 07 November 2012

KESULITAN BELAJAR

`BAB I PENDAHULUAN Belajar merupakan suatu kegiatan utama dalam setiap usaha pendidikan. Kegiatan belajar dapat berlangsung dimana saja, di rumah, di sekolah, di masyarakat luas sehingga tidaklah mengherankan bila belajar merupakan masalah bagi setiap manusia. Manusia sebagai makhluk hidup memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu, dan manusia mempunyai kecenderungan untuk berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Dalam rangka pencapaian kebutuhan-kebutuhan tersebut manusia akan berperilaku dan berperilaku tersebut sebagian besar merupakan hasil proses belajar. Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari karena sangat dikenal. Dalam proses belajar banyak siswa sulit menerima informasi yang diberikan oleh guru. Ada yang mengeluh kepada guru-gurunya, ada juga menyalahkan dirinya sendiri dan ada yang bahkan sama sekali tidak mengerti apa guru atau dirinya yang salah. Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan yang lainnya. Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian siswa-siswa yang berkategori “di luar rata-rata” itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. BAB II PEMBAHASAN KESULITAN BELAJAR Belajar ialah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain. Sedangkan kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar. Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar itu biasa dikenal dengan sebutan prestasi rendah/kurang (under achiever). Anak ini tergolong memiliki IQ tinggi tetapi prestasinya belajar rendah. Secara potensial mereka yang IQ nya tinggi memiliki prestasi yang tinggi pula. Tetapi anak yang mengalami kesulitan belajar tidak demikian. Timbulnya kesulitan belajar itu berkaitan dengan aspek motivasi, minat sikap, kebiasaan belajar, dan pola-pola pendidikan yang di terima dalam keluarganya. I. Macam – Macam Kesulitan Belajar 1. Dilihat dari jenis kesulitan belajar a. Ada yang berat b. Ada yang sedang 2. Dilihat dari bidang study yang dipelajari a. Ada yang sebagian bidang studi b. Ada yang keselurhan bidang studi 3. Dilihat dari sifat kesulitannya a. Ada yang sifatnya permanen / menetap b. Ada yang sifatnya sementara. 4. Dilihat dari segi faktor penyebabnya a. Ada yang karena faktor intelegensi b. Ada yang karena faktor non inteligensi II. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah. Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam, yakni: 1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa yakni: a. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa. b. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap. Seperti faktor Psikologi Belajar memerlukan kesiapan rohani / psikologi dan ketenangan dengan baik. Jika hal – hal diatas ada pada diri anak maka belajar sulit dapat masuk. Apabila dirincikan faktor rohani itu meliputi antara lain :  Inteligensi. Anak yang IQ nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapinya. Anak yang normal ( 90 – 110 ) dapat menamatkan SD pada waktunya. Mereka yang memiliki IQ 110 – 140 dapat digolongkan cerdas, sedangkan 140 keatas tergolong genius. Sedangkan yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental. Apabila mereka itu harus menyelesaikan persoalan yang melibihi potensinya jelas ia tidak mampu dan banyak mengalami kesulitan.  Bakat, adalah potensi / kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda – beda. Jika seorang anak harus mengerjakan bahan yang lain dari bakatnya ia akan cepat bosan, mudah putus asa dan tidak senang.  Minat, tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe – tipe khusus anak banyak menimbulkan problema pada dirinya.  Motivasi, sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.  Faktor kesehatan mental, dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbale balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya kesehatan mental. Individu di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan, seperti : memperoleh penghargaan, dapat kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa masalah -masalah emosional yang dapat merugikan belajarnya.  Tipe-tipe khusus seorang pelajar Adapun tipe-tipe belajar seorang anak ialah - Seorang yang bertipe visual, akan mempelajari bahan-bahan yang disajikan secar tertulis, bagan, grafik, gambar. Mudah mempelajari bahan pengajaran yang dapat dilihat dengan alat penglihatannya. - Anak yang bertipe auditif, mudah mempelajari bahan yang disajikan dalam bentuk suara (ceramah), begitu guru menerangkan ia cepat menangkap bahan pelajaran. - Individu yang bertipe motorik, mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan-tulisan, gerakan-gerakan dan sulit mempelajari bahan yang berupa suara dan penglihatan. c. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). Seperti faktor fisiologis  Karena sakit, seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat di teruskan ke otak.  Karena kurang sehat, orang yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, ngantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan pikiran terganggu  Sebab karena cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, gangguan psikomotor. Sedangkan cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangannya dan kakinya, dll. 2. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa. Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan meliputi: a. Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. b. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya : wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal. c. Lingkungan sekolah, contohnya : kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah. Faktor lain yang dapat menimbulkan kesulitan belajar ialah sindrom psikologi berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indicator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri dari: a. Disleksia (dysleksia), yakni ketidakmampuan belajar membaca; b. Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis; c. Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika. Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak. III. Cara Mengenal Murid – Murid yang Mengalami Kesulitan Belajar Seperti telah diketahui murid – murid yang mengalami kesulitan belajar itu memiliki hambatan – hambatan sehingga menampakkan gejala – gejala yang bisa diamati oleh orang lain. Adapun beberapa pertanda adanya kesulitan belajar misalnya  Prestasinya kurang / menunjukkan prestasi dibawah rata – rata  Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi nilai – nilai nya selalu rendah.  Lambat dalam melakukan tugas – tugas belajar  Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti : acuh tak acuh, berpura–pura, dan lain – lain  Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti murung, bingung, kurang gembira, maupun selalu sedih. IV. Diagnosis Kesulitan Belajar Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan jenis penyakit, yakni kesulitan belajar. Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri dari langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai diagnostic kesulitan belajar. Banyak langkah-langkah diagnostic yang dapat ditempuh guru antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener dan Senf sebagaimana dikutip Wardani sebagai berikut: 1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran. 2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa, khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar. 3. Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar. 4. Memberikan tes diagnostic bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa. 5. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Secara umum, langkah-langkah tersebut di atas dapat dilakukan dengan mudah oleh guru kecuali langkah ke 5 (tes IQ). Untuk keperluan tes IQ, guru dan orang tua siswa dapat berhubungan dengan klinik psikologi. Dalam hal ini, yang sangat perlu dicatat adalah siswa yang mengaliami kesulitan belajar itu ber-IQ jauh di bawah normal (tuna grahita), orang tua hendaknya mengirimkan siswa tersebut ke lembaga pendidikan khusus anak-anak tuna grahita (sekolah luar biasa), karena lembaga/sekolah biasa tidak menyediakan tenaga pendidik dan kemudahan belajar khusus untuk anak-anak abnormal. Adapun untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pengidap sindrom disleksia, disgrafia, dan diskalkulia guru dan orang tua sangat dianjurkan untuk memanfaatkan support teacher (guru pendukung). Guru khusus ini biasanya bertugas menangani para siswa pengidap sindrom-sindrom tadi di samping melakukan remedial teaching (pengajaran perbaikan). V. Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar Sebelum guru menggunakan alternatif dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya terlebih dahulu guru melakukan beberapa langkah penting yang meliputi : a. Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antarbagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa. b. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan. c. Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan). Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah selanjutnya, yanki melaksanakan program perbaikan. a. Analisis Hasil Diagnosis Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami siswa berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti. b. Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang itu dikategorikan menjadi tiga macam yaitu : - Bidang kecakapan sendiri bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri; - Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua; - Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orang tua. Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit untuk ditangani baik oleh guru maupun orang tua dapat bersumber dari kasus-kasus tunagrahita (lemah mental) dan kecanduan narkotika. Mereka yang termasuk dalam lingkup 2 macam kasus yang bermasalah berat ini dipandang tidak berketerampilan (unskilled people). Oleh karenanya, para siswa yang mengalami kedua masalah kesulitan belajar yang berat tersebut tidak hanya memerlukan pendidikan khusus, tetapi juga memerlukan perawatan khusus. c. Menyusun program perbaikan Dalam hal menyusun program perbaikan (remedial teaching) sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut. 1. Tujuan pengajaran remedial 2. Materi pengajaran remedial 3. Metode pengajaran remedial 4. Alokasi waktu pengajaran remedial 5. Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial d. Melaksanakan program Perbaikan Pada prinsipnya, program pengajaran remedial itu lebih cepat dilaksanakan tentu saja akan lebih baik. Tempat pembelajaran bias dimana saja, asal tempat itu memungkinkan siswa klien (yang memerlukan bantuan) memusatkan perhatiannya terhadap proses pengajaran perbaikan tersebut. Selanjutnya untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai alternative-alternatif kiat pemecahan kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan mempelajari buku-buku khusus mengenai bimbingan penyuluhan. Secara garis besar langkah – langkah dalam mengatasi kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara : 1. Pengumpulan data Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu di adakan suatu pengamatan langsung yang disebut dengan pengumpulan data. 2. Pengolahan data Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab – sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak. 3. Diagnosa Diagnosa adalah penentuan / keputusan mengenai hasil dari pengolahan data. Seperti keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak, faktor – faktor utama yang ikut dalam penyebab kesulitan belajar, dan keputusan menyenai faktor utama penyebab kesulitan belajar. 4. Prognosa Prognosa di artikan “ramalan” apa yang telah ditetapakan dalam tahap diagnosa, akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya. 5. Treatment / perlakuan Memberikan bantuan terhadap anak yang bersangkutan ( yang mengalami kesulitan belajar ) sesuai dengan program yang telah disusun pada tahapan prognosa. Siapa yang memberikan treatment, tergantung pada bidang garapan yang harus dilaksanakannya. 6. Evaluasi Evalusi bermaksud untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan di atas berjalan dengan baik. Artinya berhasil atau bahkan gagal. Kalau ternyata treatmen yang di terapkan gagal maka perlu ada pengecekan kembali ke belakang faktor – faktor apa yang menjadi penyebab kegagalan treatment tersebut. Mulai dari pengecekan pengumpulan data, diagnosa, prognosa,sehingga benar – benar dapat berhasil. Yaitu mengetahui dan mampu mengatasi kesulitan belajar pada anak. KESIMPULAN Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan itu muncul bukan karena faktor dari diri seorang peserta didik saja, ada kemungkinan disebabkan faktor-faktor lain yaitu faktor lingkungan keluarga, tempat tinggal, lingkungan sekolah. Ada juga karena faktor keabnormalan psikis. Siswa yang mengalami kesulitan dapat kita kenali gejala-gejalanya diantaranya, keterlambatan siswa dalam pengumpulan tugas, menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti murung, bingung, kurang gembira, maupun selalu sedih dan lain sebagainya. Dan banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar mulai dari pengecekan pengumpulan data, diagnosa, prognosa, evaluasi sehingga guru atau pendidik dapat mengetahui dan mampu mengatasi kesulitan belajar pada anak. Selain itu peran orang tua juga diharapkan dalam membantu siswa menghadapi kesulitan belajar. Dan lingkungan masyarakat sedianya turut serta membantu perkembangan siswa dimana masyarakat dapat menyediakan lembaga pendidikan kemasyarakatan. Atau pembinaan-pembinaan anak-anak dan remaja untuk mencapai tujuan pendidikan kita. DAFTAR PUSTAKA Abu ahmadi, Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. (Jakarta : Rineka Cipta. 2004) Muhibbin syah. Psikologi Belajar. ( Ciputat : Logos Wacana Ilmu. 2004 ) ¬___________. Psikologi Pendidikan. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2010). Nefi Darmayanti. Psikologi Belajar. (Bandung : Cita Pustaka Media Perintis 2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar