a.vipermenu, a.vipermenu:link, a.vipermenu:visited {display:block; width:230px; height:25px; background:#444444; border:1px solid #222; margin-top:5px; text-align:center; text-decoration:none; font-family:arial; font-size:16px; font-weight:normal;color:#FFFFFF; line-height:20px; overflow:hidden; float:left;} a.vipermenu:hover {color:#FFFFFF; background:#666666;} #vipergoymenu {width:auto; margin:0 auto;}

Selasa, 13 November 2012

PERKEMBANGAN KARIR TEORI SITUASIONAL


BAB I
PEMBAHASAN
TEORI SITUASIONAL

            Pandangan – pandangan tentang perkembangan karir yang dikenal dengan nama teori-teori perkembangan karier (theories of career development) mendiskripsikan jalur perkembangan jabatan dan berusaha menjelaskan kaitan antara berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan itu. Dewasa ini belum terdapat teori perkembangan karier tertentu yang seluruhnya memuaskan, baik dari segi kerangka konseptual, maupun dari segi implikasi praktis bagi konselor di institusi pendidikan. Masing-masing teori menyoroti perkembangan karier dari sudut pandang tertentu, misalnya pengaruh dari corak pendidikan dalam keluarga, pengaruh dari sosial ekonomi dalam masyarakat, dan pengaruh dari adanya kecocokan atau tidak adanya kecocokan antara kepribadian seseorang dan lingkungan jabatan. Meskipun demikian, tenaga-tenaga kependidikan harus memahami pandangan-pandangan yang telah dikembangkan, supaya dapat mendampingi yang muda dalam perkembangan kariernya dengan sebaik mungkin.
A.    Pandangan-pandangan tentang Perkembangan Karier
Pandangan tentang perkembangan karier secara singkat terdapat enam pandangan tentang perkembangan karier (Career Development) dan pilihan karier (Career Choice), yang semuanya bergerak dalam lingkup ilmu psikologi terapan yang dinamakan psikologi karier atau psikologi jabatan (Vocational Psycology). Keenam pandangan itu mempunyai relevansi terhadap pendidikan karier dan bimbingan karier di sekolah, meskipun tidak semuanya memiliki gradasi yang sama.
Pandangan Teori Situasional
Pandangan ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan jabatan dan pemilihan karier. Faktor-faktor ini menyangkut lingkungan alam serta lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya. Faktor-faktor yang menyangkut lingkungan alam adalah, antara lain keadaan geografis dan topologis daerah di mana seseorang hidup. Sedangkan faktor – faktor yang menyangkut lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya adalah, misalnya, golongan sosial ekonomi (sosial class), kelompok minoritas atau mayoritas dalam masyarakat, keadaan ekonomi Negara, pembagian tugas kaum pria dan kaum wanita dalam masyarakat (sexual roles) dan nilai-nilai kehidupan yang mewarnai kedupan budaya dapat berlingkup luas sekali seperti keadaan ekonomi Negara dan warisan budaya bangsa, sampai berlingkup terbatas seperti lingkungan keluarga inti.
Pandangan situasional ini meninjau proses perkembangan karier dan pilihan karier dari sudut sosiologis, sejauh faktor-faktor eksternal menciptakan keadaan (situasi dan kondisi, disingkat Sikon) yang membatasi ruang gerak individu dan membatasi derajat kebebasan seseorang dalam menentukan pilihan kariernya.
B. Faktor-faktor Pokok dalam Perkembangan Karier
1.Faktor-faktor Internal
a. Nilai-nilai kehidupan (values), yaitu ideal-ideal yang dikejar oleh seseorang dimana-mana dan kapan pun juga. Nilai-nilai itu menjadi pedoman dan pegangan dalam hidup sampai umur tua dan sangat menentukan bagi gaya hidup seseorang (Life Style).
Contoh-contoh nilai kehidupan ialah meningkatkan gengsi dalam masyarakat, berwibawa demi kebaikan orang lain, mengabdi kepada sesama yang serba membutuhkan, mencapai taraf prestasi tinggi demi harga diri, lepas dari dikagumi oleh orang lain, mencari kepuasan dalam memiliki kekayaan, mencari kesenangan bagi diri sendiri, menggali ilmu dengan belajar banyak, dan meningkatkan pengaruh agama dalam masyarakat.
b. Taraf iteligensi, yaitu taraf kemampuan untuk mencapai prestasi-prestasi yang didalamnya berpikir memegang peranan.
c. Bakat khusus, yaitu kemempuan yang menonjol di suatu bidang usaha kognitif, bidang keterampilan, atau bidang kesenian.
d. Minat, yaitu kecenderungan yang agak menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu.
e. Sifat-sifat, yaitu cirri-ciri kepribadian yang bersama-sama membberikan corak khas pada seseorang, seperti riang gembira, ramah tamah, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, lekas gugup, pesimis, dan ceroboh.
f. Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang pekerjaan dan tentang diri sendiri.
g. Keadaan jasmani, yaitu cirri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, tampan dan tidak tampan, ketajaman penglihatan dan pendekatan baik atau kurang baik, mempunyai kekutan otot tinggi atau rendah, dan jenis kelamin.
2.Faktor-faktor Eksternal
a. Masyarakat yaitu lingkungan sosial budaya di mana orang muda dibesarkan.
b. Keadaan sosial ekonomi Negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang lamban atau cepat; stratifikasi mayrakat dalam golongan sosial ekonomi tinggi, tengah, dan rendah; serta diversifikasi masyarakat atas kelompok-kelompok yang terbuka atau tertutup bagi anggota dari kelompok lain.
c. Status sosial ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orang tua, tinggi rendahnya pandangan orang tua, jabatan ayah atau ayah dan ibu, daerah tempat tinggal, dan suku bangsa.
d. Pengaruh dari anggota-anggota keluarga besar dan keluarga inti.
e. Pendidikan sekolah, yaitu pandangan-pandangan yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf tenaga-tenaga bimbingan dan pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan-jabatan dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki anak perempuan.
f. Pergaulan dengan teman-teman sebaya, yaitu pendangan-pandangan dan harapan-harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari.
g. Tuntutan-tuntutan yang melekat pada jabatan-jabatan dan pada program-program studi atau latihan, yang mempersiapkan seseorang untuk diterima pada jabatan tertentu dan berhasil di dalamnya.
C. Implikasi-implikasi bagi Bimbingan Karier di Institusi Pendidikan
1. Perkembangan karier merupakan salah satu segi dari keseluruhan proses perkembangan orang muda dan pilihan-pilihan yang menyangkut jabatan dimasa depan berlangsung selaras dengan perkembang karier.
2. Pilihan jabatan tidak dibuat sekali saja dan tidak didefinitif dengan sekali memilih saja
3. Konseling karier, yang berlangsung dalam pertemuan pribadi antara konselor dan konseling dan kerap terfokuskan pada permasalahan mengenai pilihan program studi/atau pilihan jabatan, akan berlangsung lebih lancer bilamana orang muda telah disiapkan melalui bimbingan karier secara kelompok untuk menghadapi saat-saat hrus dibuat suatu pilihan diantara beberapa alternative.
4. Pendekatan karier dan bimbingan karier tidak dapat dilepaskan dari gaya hidup yang dicita-citakan oleh orang muda bgi dirinya sendiri (Life Style orientation).
Paradigma Blau-Gustad-Jessor-Parnes-and-Wilcox (1956), Hubungan antara Proses Pemilihan dan Proses Seleksi, merupakan sintesis pengaruh institusi social terhadap pilihan dan perkembangan karir. Model ini meletakkan penekanan pada hubungan timbal-balik antara faktor-faktor psikologis, ekonimis, dan sosiologis sebagai penentu dalam pemilihan dan perkembangan okupasi. Karakteristik individu yang menentukan pilihannya bersifat biologis dan dikondisikan secara sosial melalui pengaruh keluarga, posisi dan hubungan social, dan karakteristik peran sosialnya. Pada akhirnya, individu mencapai suatu hierarkhi kesukaan yang salah satu di antaranya menjadi pilihannya.
Proses seleksi berkembang karena pengaruh-pengaruh yang terkait dengan kondisi sosial dan fisik seperti sumber-sumber yang tersedia, topografi dan iklim. Misalnya, seorang individu yang dibesarkan dalam lingkungan pedesaan yang keluarganya memiliki keadaan financial yang terbatas akan cenderung memilih sebuah okupasi pertanian, yang terkait dengan iklim (musim hujan yang panjang) dan topografi (dataran tinggi yang subur).
Faktor-faktor tersebut dipandang berada di luar kontrol individu tetapi merupakan penentu dalam proses seleksi.
Asumsi-asumsi dasar lainnya dari pendekatan ini adalah:
(1)Terdapat struktur social yang menanamkan pola-pola kegiatan, identifikasi terhadap model, dan memberikan aspirasi di kalangan berbagai kelompok sosial;
(2) Perkembangan karir merupakan proses yang berkelanjutan; dan
(3)Kondisi situasional juga berpengaruh terhadap pola perkembangan karir.
Model ini efektif untuk mengklarifikasi unsur-unsur situasi dalam proses perkembangan karir. Pilihan karir dipandang sebagai serangkaian keputusan yang saling terkait yang melibatkan warisan biologis individu, lingkungan sosialnya, dan kondisi lingkungan.




















BAB II
KESIMPULAN
Pandangan teori situasional ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan jabatan dan pilihan karir. Faktor-faktor ini mneyangkut lingkungan alam serta lingkungan social, ekonomi dan budaya. Individu tidak dapat mengatur sendiri factor-faktor itu dan tidak mempunyai kuasa untuk mengontrol sesuai dengan keinginan sendiri.
FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN KARIR SESEORANG
Faktor Internal
    Nilai-nilai kehidupan (values)
    Taraf Intelegensi
    Bakat Khusus
    Minat
    Sifat-sifat dalam diri sendiri
    Pengetahuan
    Keadaan Jasmani
Faktor Eksternal
    Masyarakat
    Keadaan social ekonomi Negara
    Situasi sosial ekonomi keluarga
    Pengaruh dari anggota keluarga
    Pendidikan di sekolah
    Pergaulan dengan teman sebaya
    Tuntutan-tuntutan yang melekat pada jabatan


DAFTAR PUSTAKA
Gani,Ruslan A. 1996. Bimbingan Karier,Bandung, Angkasa.JKL;\S
Sharf, Richard. 1992. Applyig Carrer Development Theory to Cuonseling. California, Widswort.
Winkel, W.S & Sri Hastuti. 2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo
http://sebutsajataa.wordpress.com/2012/05/03/perkembangan-karir/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar