BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan bukan hanya didapat di
sekolah saja tetapi pendidikan dapat diperoleh dimana saja, termasuk di dalam
rumah tangga. Dengan ungkapan lebih rinci, keluarga bahkan orang tua sangat
berpengaruh terhadap masa depan anak dalam berbagai tingkatan umur mereka, dari
masa kanak-kanak hingga remaja, sampai beranjak dewasa, baik dalam mewujudkan
masa depan mereka yang bahagia dan gemilang maupun masa depan yang sengsara dan
menderita. Al Quran dan hadist, diperkuat oleh sejarah dan
pengalaman-pengalaman sosial, menegaskan bahwa orang tua yang memelihara prinsip-prinsip
kehidupan Islami dan menjaga anak-anak mereka dengan perhatian, pendidikan,
pengawasan dan pengarahan lebih memungkinkan mereka memperoleh anak yang
berhasil dan sukses.
Bagaimana pendidikan dalam rumah
tangga akan dibahas pada makalah ini, pendidikan dalam rumah tangga juga
mempunyai prosedur pendidikan seperti pendidikan formal, tetapi pada pendidikan
dalam rumah tangga mempunyai batasan. Pendidikan pada anak-anak dimulai dari
pendidikan dalam rumah tangga, anak-anak diberikan dasar-dasar pendidikan yang
nantinya dapat memudahkan lembaga formal seperti sekolah untuk memberikan
pendidikan dan mendewasakan anak ke arah yang lebih baik lagi. Hingga tujuan
pendidikan yang efektif dan efisien dapat tercapai.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Pendidikan
Pendidikan
adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk
menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang
sedang dididik.[1]
Pendidikan islam
adalah mempersiapkan dan menumbuhkan anak didik atau individu manusia yang
prosesnya berlangsung secara terus menerus sejak ia lahir sampai meninggal
dunia.
Pendidikan dapat
diperoleh bukan hanya di lingkungan pendidikan formal saja. Karena lembaga
sekolah hanyalah lembaga elevator. Pada hakikatnya pendidikan itu dimulai dari
rumah tangga. Dan dibantu dengan pendidikan sekolah atau lingkungannya.
2.
Pendidikan
dalam Rumah Tangga
Tatkala kita
bercerita tentang metode pendidikan agama di sekolah, salah satu kesimpulan
penting ialah bahwa kunci keberhasilan pendidikan agama di sekolah bukan
terutama terletak pada metode pendidikan agama yang digunakan dan penguasaan
bahan; kunci pendidikan agama di sekolah sebenarnya terletak pada pendidikan
agama dalam rumah tangga.
Inti pendidikan
agama dalam rumah tangga ialah hormat kepada Tuhan, orang tua, kepada guru,
kalau di sekolah hormat kepada guru
inilah kuncinya. Bila agama Islam dan guru agama tidak dihormati maka metode
pendidikan agama yang baikpun tidak akan ada artinya. Oleh karena itu,
pendidikan agama dalam rumah tangga sebenarnya tidak boleh terpisah dari
pendidikan agama di sekolah; mula-mula adalah pendidikan agama dalam rumah tangga
sebagai pondasi, kemudian dilanjutkan di sekolah sebagai pengembangan
rinciannya.
a.
Orang
Tua (pendidik)
Orang
tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari
merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Pada umumnya pendidikan dalam
rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang
lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan
strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi
pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh
mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.[2]
Setiap
orang tua tentu menginginkannya anaknya menjadi orang yang berkembang secara
sempurna. Mereka menginginkan anak yang dilahirkan itu kelak menjadi orang yang
sehat, kuat, berketerampilan, cerdas, pandai dan beriman. Untuk mencapai tujuan
itu, orang tua menjadi pendidik pertama dan utama, kaidah ini ditetapkan secara
kodrati; artinya orang tua tidak dapat berbuat lain, mereka harus menempati
posisi itu dalam keadaan bagaimanapun juga. Sehubungan dengan tugas san
tanggung jawab itu, maka ada baiknya orang tua mengetahui sedikit mengenai apa
dan bagaimana pendidikan dalam rumah tangga. Pengetahuan itu sekurang-kurangnya
dapat menjadi penuntun, rambu-rambu bagi orang tua dalam menjalankan tugasnya.[3]
Tanggung jawab
pendidikan islam yang menjadi beban orang tua adalah sebagai berikut:
1. Memelihara
dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggungjwab
setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan
hidup manusia.
2. Melindungi
dan menjamin kesamaan, jasmani maupun kerohanian, dari berbagai gangguan
penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan
filsafat hidup dan agama yang dianutnya.
3. Memberi
pengajaran dalam arti luas, sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki
pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya
4. Membahagiakan
anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup
muslim.[4]
Orang tua atau
ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan
anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di
sampingnya, oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya, seorang
anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan
baik. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak, yang menjadi temannya
dan yang mula-mula dipercayainya.
b.
Peserta
didik
Yang menduduki
posisi anak didik dalam rumah tangga tentulah si anak, sekalipun demikian,
sebenarnya semua anggota keluarga adalah anak didik juga, tetapi dilihat dari
segi pendidikan anak dalam rumah tangga, yang menjadi si terdidik adalah anak.
Dilihat dari
ajaran islam, anak adalah amanat Allah. Amanat wajib dipertanggungjawabkan.
Secara umum, inti tanggungjawab itu adalah penyelenggaraan pendidikan bagi
anak-anak dalam rumah tangga. Tuhan memerintahkan agar setiap orang tua menjaga
keluarganya dari siksa neraka.
Jagalah dirimu
dan keluargamu dari siksa neraka.( At Tahrim :6)
Jadi tanggung
jawab itu pertama-tama adalah sebagai suatu kewajiban dari Allah ; kewajiban
harus dilaksanakan.
Cinta kepada
anak telah diajarkan oleh Nabi Muhammad kepada para sahabatnya. Itu juga
berarti pengajaran untuk segenap muslim.
Seorang
badui datang kepada nabi SAW dan bertanya, “ Apakah engkau menciumi putra-putri
engkau? kami tidak pernah menciumi anak-anak kami.” Nabi berkata, “ apakah kamu
tidak takut bila Allah mencabut kasih sayang dari hatimu?” (Al Bukhari).
Berdasarkan kutipan itu jelaslah bahwa menurut islam, orang tua wajib mendidik
anaknya. Al Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa telah datang kepada
Aisyah seorang ibu bersama dua anaknya yang masih kecil. Aisyah memberikan 3
potong kurma kepada wanita itu. Diberilah olehnya anak-anaknya masing-masing
satu, dan yang satunya lagi untuknya. Kedua kurma itu dimakan anaknya sampai
habis, lalu mereka menoleh ke arah ibunya. Sang ibu membelah kurma (bagiannya)
menjadi dua, dan diberikannya masing-masing sebelah kepada kedua anaknya.
Tiba-tiba nabi datang, lalu diberitahu oleh Aisyah tentang itu. Nabi SAW
bersabda, “ Apakah yang mengherankanmu dari kejadian itu, sesungguhnya Allah
telah mengasihinya berkat kasih sayangnya kepada kedua anaknya.”[5]
c.
Kurikulum
Kurikulum(bahan
pendidikan) dalam pendidikan rumah tangga ada, tetapi tidak tegas seperti
kurikulum pendidikan di sekolah, kurikulum itu dalam garis besarnya ialah
kurikulum untuk mengembangkan jasmani dan keterampilan, kurikulum untuk
pengembangan akal, dan kurikulum untuk pengembangan rohani anak. Kurikulum ini
mengacu kepada teori tentang aspek-aspek kepribadian. Orang tua harus
memperhatikan perkembangan jasmani anaknya. Ini menyangkut kesehatan dan
kekuatan badan serta keterampilan otot, orang tua juga harus menanamkan dan
membiasakan hidup sehat. Dapat dilakukan dengan memberi contoh hidup sehat
seperti: makanan bergizi dan berkalori cukup, keteraturan makan dan minum, arti
istirahat bagi kesehatan. Orang tua harus menanamkan sikap pada anak agar dia
menghargai keterampilan serta kegunaanya dalam kehidupan. Orang tua juga harus
memberikan pendidikan akal, agar anak memiliki akal yang cerdas serta pandai
dilakukan dengan cara menyekolahkan anak ke lembaga yang paling baik untuk
mengembangkan akal anak.
Membantu anak
mengerjakan pekerjaan rumah yang biasanya merupakan tugas dari sekolah adalah
salah satu cara membantu pendidikan akal anak-anak. Yang terpenting dalam
pendidikan akal adalah mendisiplinkan anak agar ia selalu mengerjakan PR dengan
sungguh-sungguh.
d.
Kunci
pendidikan dalam rumah tangga
Kunci pendidikan
dalam rumah tangga sebenarnya terletak pada pendidikan rohani dalam arti
pendidikan kalbu, lebih tegasnya pendidikan agama bagi anak, karena pendidikan
agamalah yang berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang. Ada dua
arah mengenai kegunaan pendidikan agama dalam rumah tangga:
ü Penanaman
nilai, dalam arti pandangan hidup, yang kelak mewarnai perkembangan jasmani dan
akalnya
Bila
anak sudah memiliki basis nilai agama yang dibawa dari rumah, secara sederhana
ia dapat memberikan nilai terhadap teori-teori yang diajarkan di sekolah. Di
sini kita lihat bahwa pendidikan agama di rumah itu berfungsi menanamkan nilai
pengetahuan pada anak, dengan kata lain ia telah mempunyai filsafat pengetahuan
sekalipun dalam batas tertentu.
ü Penanaman
sikap yang kelak menjadi basis dalam menghargai guru dan pengetahuan di
sekolah.
Pendidikan
di sekolah tidak akan berhasil secara maksimal bila murid, tidak menghormati
guru dan pengetahuannya. Kalau begitu tidak salah bila dikatakan bahwa salah
satu kunci keberhasilan pendidikan di sekolah adalah ada atau tidaknya
penghargaan dari murid terhadap guru dan pengetahuan yang diajarkannya. Nah,
untuk menanamkan sikap itu, sebenarnya pendidikan agama(Islam) –lah yang
merupakan kunci utama. Pendidikan agama Islam itu dilakukan di rumah sebagai lembaga
pertama dan utama.
e.
Tujuan
pendidikan
Tujuan
pendidikan dalam rumah tangga ialah agar anak mampu berkembang secara maksimal.
Itu meliputi seluruh aspek perkembangan anaknya yaitu: jasmani, akal, dan
rohani. Tujuan lain adalah membantu sekolah atau lembaga kursus dalam
mengembangkan anak didiknya. yang bertindak sebagai pendidik dalam pendidikan
dalam rumah tangga adalah ayah dan ibu, si anak, serta semua orang yang merasa
bertanggungjawab. Terhadap perkembangan anak itu, seperti kakek, nenek, paman,
bibi dll.
Tujuan
pendidikan anak di dalam keluarga adalah agar anak itu, menjadi anak yang
shaleh. Anak yang shaleh itulah yang wajar dibanggakan. Tujuan lain adalah
sebaliknya, yaitu agar anak itu kelak tidak menjadi musuh orang tuanya, yang
akan mencelakakan orang tuanya.
Anak yang shaleh
dapat mengangkat nama baik orang tuanya. Anak adalah dekorasi keluarga. Anak
yang shaleh tentu mendoakan orang tuanya, bila tidak mendoakan orang tuanya,
keshalehannya itu telah cukup merupakan bukti amal baik orang tuanya. Pokoknya,
setiap orang senang mempunyai anak yang shaleh.
f.
Prinsip-prinsip
pendidikan anak di rumah tangga
1. Pendidikan
agama
Pendidikan agama
dan spiritual termasuk aspek-aspek pendidikan yang harus mendapat perhatian
penuh oleh pendidik terutama keluarga. Pendidikan agama dan spiritual ini berarti
membangkitkan kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada
pada anak memalui bimbingan agama.
Yaitu
dengan cara:
-
Perintah
mengawali mendidik anak dengan kalimat la ilaha illallah
-
Mengenalkan hukum
halal haram
-
Menyuruh anak
beribadah sejak berusia 7 tahun
-
Mendidik anak
untuk mencintai Rasulullah, ahli bait dan membaca al Quran.
2. Pendidikan
akhlak
Pendidikan
akhlak berkaitan erat dengan pendidikan agama. Tidak berlebihan kalau dikatakan
bahwa pendidikan akhlak dalam pendidikan Islam adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pendidikan agama, yang baik menurut menurut akhlak adalah apa
yang baik menurut ajaran agama, dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk
oleh ajaran agama.
Pendidikan dan
pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang
belum mereka tahu, tetapi maksud2nya mendidik akhlak dan jiwa mereka dengan
menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang
tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya, ikhlas
dan jujur. Maka tujuan utama pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan
pendidikan jiwa.
3. Pendidikan
jasmani
Pendidikan
jasmani adalah salah satu aspek pendidikan yang penting yang tidak dapat lepas
dari pendidikan yang lain. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani
merupakan salah satu alat utama bagi pendidikan rohani. Pendidikan jasmani
disini maksudnya adalah pendidikan yang erat kaitannya dengan pertumbuhan dan
kesehatan jasmani anak-anak.
4. Pendidikan
akal
Pendidikan akal
tidak kalah pentingnya dari aspek pendidikan lain. Pendidikan agama merupakan
pembentukan dasar, pendidikan jasmani sebagai persiapan, pendidikan moral untuk
membentuk akal, sedangkan pendidikan akal untuk penyadaran dan pembudayaan.
Yang dimaksud dengan pendidikan akal ini adalah membentuk pemikiran anak dengan
sesuatu yang bermanfaat seperti ilmu pasti, ilmu alam, teknologi modern dan
peradaban. Sehingga anak bias menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu
pengetahuan.
5. Pendidikan
sosial
Yang dimaksudkan
dengan pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak dini, agar terbiasa
melakukan tatakrama sosial yang utama, yang bersumber dari akidah islamiyyah
yang abadi dan emosi keimanan yang dalam di dalam masyarakat. Pendidikan sosial
merupakan salah satu aspek pendidikan anak dan merupakan aplikasi dari
aspek-aspek pendidikan, karena pendidikan sosial merupakan fenomena tingkah
laku yang dapat mendidik anak guna melakukan segala kewajiban sopan santun
dalam berinteraksi dengan orang lain secara baik.[6]
SIMPULAN
Orang tua
sebagai guru pertama anak mempunyai peran yang amat penting dalam proses
pendidikan anak. Pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari
kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena
secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun
situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan
hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
Semua orang tua tentu menginginkan anak-anaknya berhasil dan memperoleh
pengetahuan agama dan pengetahuan moral dengan baik. Orang tua yang
menginginkan anaknya berhasil tentu merasa pendidikan yang diberikannya dalam
rumah tangga belum cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik dan rohani si anak.
Maka orang tua yang bijak dan mempunyai keinginan yang besar untuk kemajuan si
anak tentu akan menyekolahkan si anak pada lembaga pendidikan formal seperti
sekolah dan lain sebagainya.
Pendidikan dalam
rumah tangga mengajarkan bagaimana tata cara beribadah sebagai landasan
hidupnya. Pendidikan akhlak juga ditanamkan pada anak-anak, pendidikan ini
bukan dengan memasukkan segala ilmu dalam otak anak. Tetapi pendidikan akhlak
ini bertujuan menumbuhkan karakter anak yang berakhlakul karimah berlandaskan
Al Quran dan Hadis. Yaitu mendidik anak dengan membiasakan kesopanan yang
tinggi dan mengajarkan kejujuran dan keikhlasan pada anak. Selain itu
pendidikan jasmani juga diajarkan pada si anak, yaitu bagaimana orang tua
menjamin kesehatan si anak dengan memberikan makanan yang bergizi dan tentunya
halal. Pendidikan akal juga diajarkan dalam rumah tangga, pendidikan akal
adalah membentuk pemikiran anak dengan sesuatu yang bermanfaat seperti ilmu
pasti, ilmu alam, teknologi modern dan peradaban. Sehingga anak bias
menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Pendidikan sosial juga
perlu ditanamkan pada si anak, dimaksudkan dengan pendidikan sosial adalah
pendidikan anak sejak dini, agar terbiasa melakukan tatakrama sosial yang
utama, yang bersumber dari akidah islamiyyah yang abadi dan emosi keimanan yang
dalam di dalam masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Daradjat, Zakiah. 1984.
Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi
Aksara
Ilyas, Asnelly. 1997. Mendambakan Anak Shaleh. Yogyakarta : Al
Bayan
Syafaruddin, dkk. 2009.
Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Hijri
Pustaka Utama.
Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya
[1] Syafaruddin, dkk. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Hijri
Pustaka Utama. hal 28
[2] Daradjat,
Zakiah. 1984. Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta: Bumi Aksara. hal 35
[3] Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam.
Bandung: Remaja Rosdakarya. hal 155
[6] Ilyas, Asnelly.
1997. Mendambakan Anak Shaleh.
Yogyakarta : Al Bayan. hal 69-82
Tidak ada komentar:
Posting Komentar