a.vipermenu, a.vipermenu:link, a.vipermenu:visited {display:block; width:230px; height:25px; background:#444444; border:1px solid #222; margin-top:5px; text-align:center; text-decoration:none; font-family:arial; font-size:16px; font-weight:normal;color:#FFFFFF; line-height:20px; overflow:hidden; float:left;} a.vipermenu:hover {color:#FFFFFF; background:#666666;} #vipergoymenu {width:auto; margin:0 auto;}

Selasa, 20 November 2012

TEORI KEPRIBADIAN JEAN PIAGET


BAB I
PENDAHULUAN
Teori kognitif dari Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan diacu dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-kira permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan 4) ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Sistem yang mengatur dari dalam mempunyai dua faktor, yaitu skema dan adaptasi. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh organisma yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi dan akomodasi.
Piaget mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual anak yang dibagi ke dalam empat periode, yaitu :
Periode sensori-motor ( 0 – 2,0 tahun )
Periode pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun )
Periode operasional konkret ( 7,0 – 11,0 tahun )
Periode opersional formal ( 11,0 – dewasa )

BAB II
PEMBAHASAN

JEAN PIAGET (1896-1980)
Biografi
Jean Piaget dilahirkan di Neuchatel, Swiss pada Tanggal 9 Agustus 1896. Ayahnya, Arthur Piaget, adalah seorang profesor sastra Abad Tengah yang sangat menyenangi sejarah lokal. Sementara ibunya, Rebecca Jackson, adalah seorang wanita yang cerdas dan penuh semangat, namun menurut Jean, ibunya sedikit mengidap neurik yang menimbulkan kesan yang akhirnya membuat ia tertarik dengan disiplin psikologi. Ketika masih anak-anak dia sangat tertarik dengan ilmu alam, salah satu kesenangannya adalah mengumpulkan tulang kerangka burung-burung kecil. Dia menerbitkan “makalah” pertamanya ketika berusia 10 tahun, salah satu halamannya memaparkan penelitiannya tentang kerangka burung gereja albino.
            Dia mulai menerbitkan karya ilmiah ketika masih berada di sekolah menengah tentang masalah molusca. Karyanya tentang molusca ini kemudian dikenang oleh hampir semua mahiswa Eropa.
            Ketika remaja, dia mengalami krisis keyakinan. Karena didorong oleh ibunya yang selalu menekankan ajaran-ajaran religius, dia merasa argumen-argumen religius terlalu kekanak-kanakan. Setelah mempelajari filsafat dan logika, dia kemudian memutuskan untuk mengapdikan hidupnya demi menemukan “penjelasan-penjelasan biologis tentang pengetahuan”. Akhirnya, karenanya filsafat gagal membantunya dalam melaksanakan penelitian-penelitian ini, dia beralih ke psikologi.
            Setelah lulus sekolah menengah, dia melanjutkan pendidikan ke University of Neuchatel. Karena terlalu memaksakan dirinya belajar dan menulis, dia mengalami sakit parah dan disarankan untuk istirahat kepegunungan selama setahun. Ketika kembali ke Neuchatel, dia memutuskan untuk menulis filosofi hidupnya. Peristiwa inilah yang kemudian jadi titik pusat seluruh karya dan perjalan hidupnya.
            Tahun 1918, Piaget memperoleh gelar doktor dibidang Sains dari University of Neuchatel. Selama setahun berikutnya, dia bekerja di laboratorium psikologi di Zurich dan di klinik psikiater milik Bleuler. Di dalam priode inilah, dia berkenalan dengan karya-karya Freud, Jung, dan pemikir-pemikir lainnya. Tahun 1919, dia mengajar psikologi dan filsafat di Sorbonne, Paris. Disinilah dia bertemu dengan Simon, dan melalukan penelitian bersama tentang kecerdasan. Dia tidak memperdulikan gaya “benar-salah” yang selama ini diterapkan dalam tes kecerdasan, melainkan mulai mewawancarai subjek penelitiannya, yaitu dengan metode wawancara psikitiari yang dipelajari setahun sebelumnya. Pendek kata, dia mulai mempertanyakan kenapa anak-anak mulai menalar.
            Pada tahun 1921, artikel pertamanya tentang psikologi kecerdasan dimuat dalam Journal de Psychologie. Selain itu, di tahun yang sama dia juga mendapat kesempatan mengajar di Institut J.J. Rousseau, Jenewa. Tahun 1923, dia menikah dengan salah seorang mahasiswanya, Valentine Chatenay. Tahun 1925, putri pertama mereka lahir, di susul putri kedua pada tahun 1927, dan pada tahun 1931, satu-satunya anak laki-laki mereka lahir. Ketiga anak ini menjadi fokus utama penelitian Piaget dan istrinya. Hasil penelitian ini kemudian menghasilkan tiga buku psikologi anak.
            Tahun 1929, Piaget mulai bertugas sebagai direktur Bureau International Offfice the I’education yang bekerja sama dengan UNESCO. Tahun 1940, Piaget menjabat sebagai kepala eksperimental psikologi, direktur laboratorium psikologi, dan presiden Swiss Society of Pschyology. Tahun 1942, dia memberikan serangkaian kuliah di College de France yaitu selama pendudukan Nazi di Perancis. Dalam periode ini, Piaget juga memperoleh beberapa gelar kehormatan.
            Pada tahun 1952, Piaget menjadi profesor di Sorbonne. Tahun 1955, dia mendirikan International Center of Genetic Epistemologic yang dia pimpin sampai akhir hayatnya. Setahun kemudian, dia juga mendirikan school of sciences di University of Geneva.
            Dia tetap melanjutkan penelitian-penelitiannya menyangkut teori umum tentang struktur dan berusaha untuk selalu mengaitkan karya-karya psikologinya dengan faktor biologis. Dia juga terus memberikan pelayanan masyarakat dengan statusnya sebagai wakil Swiss dalam UNESCO. Di penghujung karirnya, Piaget telah menulis lebih dari 60 buku dan ratusan artikel ilmiah. Jean Piaget meninggal di Jenewa pada tanggal 16 September 1980. Dia tetap dikenang sebagai salah seorang psikolog paling berpengaruh di abad 20.




Teori Kepribadian Menurut Jean Piaget
Pada awal penelitiannya, Jean menyebutnya sebagai epistimologi genetik, yang berarti studi tentang perkembangan pengetahuan manusia. Dia mengatakan, bahwa sejak usia balita, seseorang telah memiliki kemampuan tertentu untuk menghadapi objek-objek yang di sekitarnya. Kamampuan ini memang sangat sederhana, yakni dalam bentuk kemampuan sensorik-motorik, namun dengan kemampuan inilah balita tadi akan mengeksplorasi lingkungannya dan menjadikannya dasar bagi pengetahuan tentang dunia yang akan dia peroleh kemudian serta akan berubah menjadi kempuan-kemampuan yang lebih maju dan rumit. Kemampaun-kemapuan ini disebut Piaget dengan skema.
Contohnya, ketika anak bertemu dengan benda lain, misalnya sebuah bola, dia akan tetap menerapkan skema “ ambil dan bawa kemulut” terhadap benda lain tersebut. Inilah yang disebut Piaget dengan asimilasi, yakni pengasimilasian objek baru kepada skema lama. Asimilasi dan akomodasi adalah dua bentuka adaptasi, istilah Piaget yang barangkali sama dengan apa yang kita sebut dengan pembelajaran.
Dalam penelitian-penelitiannya terhadap anak-anak, Piaget mencatat adanya periode-periode di mana asimilais lebih dominan, periode di mana akomodasi lebih dominan, dan peroide di mana keduanya mengalami keseimbangan. Periode-periode ini relatif sama dalam diri setiap anak yang ia selediki. Barulah kemudian ia memperoleh ide tantang tahap-tahap perkembangan kognitif. Tahap-tahap perkembangan kognitif sebagai berikut:
1.    Tahap Sensorik-Motorik
Tahap pertama, rentang waktunya adalah dari kelahiran sampai usia dua tahun. Tahap ini, berarti seorang bayi yang menggunakan indera dan kemapuan motoriknya untuk memahami dunia, yang dimulai dengan rangsangan-rangsangan refleksi yang diterima pancaonderanya sampai kombinasi kemampuan sensor-motorik yang lebih kompleks.
Di usia antara 1 sampai 4 bulan, seorang bayi mengandalkan reaksi sirkular primer, tindakan atau gerakan yang ia buat sebagai respon dari tindakan sebelumnya dengan tindakan sebelumnya dengan bentuk yang sama.
Di usia 4 sampai 12 bulan, bayi beralih pada rekasi sirkular sekunder, yang berisi tindakan-tindakan yang berusaha terlibat dengan lingkungan sekitar. Dia kan berusaha meniup-niup boneka bebeknya. Kejadian ini sangat menyenangkannya, lalu dia akan mengulanginya lagi dan lagi.
Pada tahap ini, Di usia 12 sampai 24 bulan, anak-anak mempergunakan sirkular tersier. Reksi ini masih berisi lingkaran “mempertahankan hal-hal yang menarik”, akan tetapi dengan variasi yang relative lebih tetap.
Ketika seorang bayi berusia satu setengah tahun, maka dia sedang mengalami perkembangan representasi mental, yaitu kemampuan mempertahankan citraan dalam pikirannya untuk jangka waktu yang lebih lama daripada sekedar periode pengalaman langsung ketika mencerap sesuatu yang ada di depannya.
2.    Tahap Pra-Operasional
Seorang anak mengalami tahap pra-operasional ketika dia berusia 2 sampai 7 tahun. Di tahap ini, dia telah memilki representasi-representasi mental dan memiliki pertimbangan yang lebih baik. Dia telah mampu telah mampu mempergunakan simbol-simbol.
Simbol adalah sesuatu yang mempresentasikan sesuatu yang lain. Sebuah gambar, sebuah kata yang tertulis atau kata ya g diucapkan akan dipahami sebagai representasi dari sesuatu yang lain. Seiring dengan kemampuan mempergunakan simbol ini, pemahaman tentang masa lalu dan masa yang akan datang pun semakin jelas. Tetapi, kita harus ingat bahwa  ketika berada dalam tahap ini, anak-anak bersifat sangat egosentris, artinya dia cenderung hanya melihat sesuatu dari satu sudut pandang, yaitu sudut pandangnya sendiri.
3.    Tahap Oprasi Konkret
Tahap oprasi konkret ini terjadi ketika anak berusia 7-11 tahun. Kata oprasi merujuk pada cara kerja atau prinsip-prinsip logika yang kita gunakan dalam memecahkan sebuah persoalan. Ditahap ini, seorang anak tidak hanya menggunakan simbol-simbol dalam kerangka representasi, tetapi juga mampu memanipulasinya berdasarkan logika. Dalam tahap ini mereka tetap harus menjalankan prinsip-prinsip tersebut dalam konteks situasi yang konkret.
Saat berusia 6 atau 7 tahun, sebagian besar anak telah memiliki kemampuan untuk mempertahankan ingatan tentang ukuran, panjang atau jumlah benda cair. Maksud ingatan yang dipertahankan disini adalah gagasan bahwa satu kuantitas akan tetap sama walaupun penampakan luarnya terlihat berubah.
Diusia 7 atau 8 tahun, seorang anak akan mengembangkan kemampuan mempertahankan ingatan tentang substansi. Diusia 9 atau 10 tahun, kemampuan terkahir dalam mempertahankan kemampuan mulai diasah yaitu ingatan tentang ruang. Dalam tahap ini seorang anak juga belajar melakukan pemilahan (classification) dan pengurutan (seriation). Pengurutan adalah penempatan sesuatu dalam sebuah susunan dan urutan.
Proses-proses penting selama tahapan operasional konkrit adalah :
1) Pengurutan
Kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.

2) Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).

3) Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.


4) Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

5) Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.

6) Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
4.    Tahap Oprasi Formal
Anak-anak yang berada dalam tahap oprasi konkret masih mengalami kesulitan menerapkan kemampuan logika yang baru dikuasainya terhadap peristiwa-peristiwa yang tidak konkret atau abstrak. Ketika menginjak usia 12 tahun dan seterusnya, kita telah memasuki tahap oprasi formal.  Di tahap ini, kita semakin memiliki kemampuan untuk berpikir seperti orang dewasa. Tahap ini mencakup kematangan prinsip-prinsip logika dan menggunakannya untuk menyelesaikan persoalan-persoalan abstrak. Kita sering menyebutnya dengan pemikiran hipotetik.
Manfaat/Pengaruh Teori Jean Piaget
Manfaat:
a)      Berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya dan mengutamakan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran serta memaklumi adanya perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan yang dapat dipegaruhi oleh perkembangan intelektual anak.
b)       Teori dasar perkembangan kognitif dari Jean Piaget mewajibkan guru agar pembelajaran diisi dengan kegiatan interaksi inderawi antara siswa dengan benda-benda dan fenomema konkrit yang ada di lingkungan serta dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir, antara lain kemampuan berpikir konservasi.
c)      Piaget memusatkan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui oleh semua individu tanpa memandang latar konteks sosial dan budaya , yang mendalami bagaimana anak berpikir dan berproses yang berkaitan dengan perkembangan intelektual.
d)     Menurut Peaget, siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri.
e)      Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodivikasi pengetahuan awal mereka.
f)       Piaget menjelaskan bahwa anak kecil memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus –menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini menurut Piaget, memotivasi mereka untuk aktif membangun pemahaman mereka tentang lingkungan yang mereka hayati.
g)       Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip umum Piaget bahwa pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda dengan pemikiran orang dewasa, dan jenis logika anak-anak itu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada juga peneliti yang meributkan detail-detail penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika anak mampu menyelesaikan tugas-tugas spesifik.
Pengaruh:
1.      Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2.      Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.      Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.      Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.      Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

















BAB III
KESIMPULAN

Jean Piaget dilahirkan di Neuchatel, Swiss pada Tanggal 9 Agustus 1896 meninggal 16 September 1980 pada umur 84 tahun. Dia adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Ayahnya, Arthur Piaget, adalah seorang profesor sastra Abad Tengah yang sangat menyenangi sejarah lokal. Sementara ibunya, Rebecca Jackson, adalah seorang wanita yang cerdas dan penuh semangat.
Tahap perkembangan menurut piaget :
a)      Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
b)      Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
c)      Tahapan operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
d)      Tahapan operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
            Proses-proses penting selama tahapan operasional konkrit:
a)     Pengurutan
b)     Klasifikasi
c)     Decentering
d)     Reversibility
e)     Konversi
f)      Penghilangan sifat egosentrisme









DAFTAR PUSTAKA

Boeree, C. George, 2008, Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikologi Dunia, Jogjakarta: Prismasophie
Hartinah Siti,  2008, Perkembangan Peserta Didik,  Bandung: PT. Refika Aditama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar